Setelah sekian lama ga ngepost, akhirnya sempet juga nih. Sebenernya postingan ini sudah lama saya tulis (diambil dari berbagai sumber juga sih, hehehe), cuma baru sempet dipublish sekarang aja. Oke, kali ini saya ngebahas tentang suatu energi alternatif yang saya kira belum begitu maksimal pemanfaatannya. Energi alternatif saat ini lagi jadi primadona, karena semakin mahal dan langkanya bahan bakar fosil. Dan menurut saya, negara kita juga sebaiknya mulai mencoba untuk beralih ke energi ini.
Energi yang saya akan dibahas disini kira2 cirinya seperti ini: bahannya banyak dan gampang banget ditemuin di negara kita tercinta. Trus dapat diperbaharui (pastinya). Pokoknya ada disekitar kita deh. Mau tau energi apakah itu? Yup, namanya ENERGI BIOMASSA, mungkin temen2 juga udah pada tau kali yah, hehehe..
Biomassa yang saya bahas disini lebih mengkhususkan pada sekam padi mengingat Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang tentunya banyak memproduksi biomassa jenis ini. Yup, silakan disimak...
Biomassa merupakan bahan organik yang berasal dari alam termasuk di dalamnya tumbuhan dan hewan. Biomassa juga mengacu pada sampah yang dapat terurai (biodegradable wastes) [Suyitno, 2009]. Sebagian besar komponen penyusun biomassa adalah karbon dan oksigen yang terbentuk dari proses biologis. Bahan organik yang terbentuk dari proses geologi seperti batubara dan minyak bumi tidak digolongkan ke dalam biomassa. Adapun keuntungan penggunaan biomassa sebagai bahan bakar adalah:
1. Biomassa merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui.
2. Hasil pembakaran biomassa hanya menghasilkan sedikit sulfur dan CO2.
3. Penggunaan biomassa dapat mengurangi polusi dan efek rumah kaca.
4. Dapat meningkatkan perekonomian di daerah pedesaan sebagai sumber energi biomassa.
Indonesia merupakan negara agraris dimana 80% penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Iklim serta tanah yang subur mendukung proses produksi padi dari berbagai macam varietas, kondisi seperti ini mendukung adanya ketersediaan padi sepanjang tahun sebagai makanan pokok penduduk Indonesia, serta mampu memenuhi target ekspor dalam penambahan devisa negara. Dengan kapasitas produksi padi yang tidak kurang dari 30 juta ton per tahunnya [Bali Post Online,2003], negara Indonesia mampu menghasilkan sekam kurang lebih 3 juta ton sebagai residu dari produksi beras nasional.
Pemanfaatan sekam padi selama ini belum dilakukan secara maksimal. Penggunaanya hanya sebatas sebagai campuran media penanaman tanaman. Di beberapa industri makanan, briket sekam padi juga digunakan sebagai arang pembakaran makanan. Melihat potensi yang begitu besar ini maka sekam padi cukup potensial untuk dikonversi menjadi sumber energi alternatif baru yang lebih ramah lingkungan dengan ketesediaan yang melimpah dan mampu diperbarui dengan waktu yang singkat.
contoh biomassa sebagai energi alternatif
|
Karakterisasi Sekam Padi
Untuk mengetahui karakeristik biomassa sekam padi dapat dilakukan dua analisa yakni proximate dan ultimate analysis.
1. Analisa Proximate
Analisa Proximate adalah analisa yang mengidentifikasi kandungan air (moisture), volatile matter (ketika dipanaskan sampai 9500C), fixed carbon, dan abu yang dimiliki oleh biomassa. Analisa ini juga dapat disebut sebagai pengujian secara analitis.
2. Analisa Ultimate
Analisa Ultimate atau analisa komposisi kimia adalah analisa yang menidentifikasikan komposisi karbon, hydrogen, nitrogen, belerang, dan oksigen dari biomassa.
Biomass umumnya mempunyai kadar volatile yang tinggi, kadar karbon tetap yang rendah dan kadar abu yang juga lebih rendah dibandingkan pada batubara [Suyitno, 2009]. Biomassa mempunyai kadar volatile yang tinggi (sekitar 60-80%) dibanding kadar volatile pada batubara, maka biomas lebih reaktif dibanding batubara. Pada pembakaran maupun gasifikasi, abu dari biomassa juga lebih aman dibandingkan abu dari batubara karena banyak mengandung mineral seperti fosfat dan potassium. Pada temperatur operasi tidak lebih dari 950o C atau 1000o C, abu dari biomass juga tidak menimbulkan terak.
Biomassa berasal dari berbagai jenis makhluk hidup, sehingga nilai energi yang dihasilkan juga tergantung oleh sumbernya. Nilai kalor rendah (LHV) biomassa kurang lebih (15-20 MJ/kg), lebih rendah dibanding nilai kalor batubara (25-33 MJ/kg) dan bahan bakar minyak (gasoline, 42,5 MJ/kg). Artinya untuk setiap kg biomass hanya mampu menghasilkan energi 2/3 dari energi 1 kg batubara dan ½ dari energi 1 kg gasoline [Suyitno, 2009].
Nilai Kalor Biomassa
Nilai kalor adalah nilai yang menyatakan jumlah energi panas maksimum yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar melalui reaksi pembakaran sempurna persatuan massa atau volume bahan bakar tersebut. Nilai kalor berhubungan langsung dengan kadar C dan H yang dikandung oleh bahan bakar padat. Semakin besar kadar keduanya akan semakin besar nilai kalor yang dikandung. Ditinjau dari fase H2O sebagai salah satu produk proses pembakaran, nilai kalor bahan bakar dibedakan atas:
a. Nilai Kalor Atas (NKA) bila H2O produk pembakaran dalam fase cair (jenuh).
b. Nilai Kalor Bawah (NKB) bila H2O produk pembakaran dalam fase gas. Nilai kalor bawah (LHV, lower heating value) adalah jumlah energi yang dilepaskan dari proses pembakaran suatu bahan bakar dimana kalor laten dari uap air tidak diperhitungkan, atau setelah terbakar, temperatur gas pembakaran dibuat 150oC. Pada temperatur ini, air berada dalam kondisi fasa uap.
Segini dulu yah,,untuk proses konversinya tunggu aja postingan selanjutnya..... (SEMOGA BERMANFAAT!!)
0 comments
Post a Comment